Marga/suku Wunga Sura Bliku Lenge atau yang lebih sering disebut dengan Marga “ Sura B “ adalah sebuah marga ( keluarga ) yang tinggal dan berasal dari desa Pasir putih ( Mingar ), kecamatan Nagawutun, kabupaten Lembata, NTT. Sama seperti sebagian besar marga yang terdapat di desa Mingar, Sura B juga berasal dari kampung LepanBata.
Keberadaan marga Sura B di mingar diawali dengan adanya musibah air bah yang melanda kampung Lepanbata sehingga semua penduduknya keluar dari kampung tersebut untuk mengungsi.
Pada awal bencana tersebut marga sura B belum berniat untuk turut pergi mengungsi, hal ini dikarenakan keyakinan mereka bahwa air tersebut akan segera surut. namun seiring dengan makin tingginya air menyebabkan para wanita mendesak suami dan keluarga mereka untuk turut mengungsi seperti marga-marga yang lain. Seiring dengan naiknya ketinggian air bah yang telah mendekati lantai rumah dan terus meningkat ( pada saat itu rumah tradisional orang Lepan bata berupa rumah panggung ), kepala marga / suku mengumpulkan semua anggota keluarga tanpa terkecuali untuk berdiskusi tentang upaya menyelamatkan diri dari bencana tersebut, diskusi diadakan setelah acara makan malam dipimpin langsung oleh kepala suku. dari diskusi tersebut disepakati bahwa pada pagi hari sebelum memulai perjalanan :
- Kaum lelaki pergi melaut untuk mengambil Blutu (keramba) dan memancing ikan untuk bekal di perjalanan.
- Kaum Wanita mengemaskan semua peralatan yang akan dipergunakan diperjalanan maupun di tempat nanti mereka akan menetap. Adapun alat-alat yang mereka bawa antara lain peralatan untuk bercocok tanam ( parang, tofa, tongkat linggis ), alat tenun ( Suri, Sligu, pola, benang, dan kapas ), alat perang ( busur panah, bedil, tombak, keris dll), serta kerajinan tangan yang berupa anyaman bambu ( Blutu/naming ) daun lontar ( Kleka, Kbala, dan ferololo )
Dikarenakan banyak jumlah keluarga maka diputuskan menggunakan dua buah perahu. setelah makan malam mereka mulai naik ke atas perahu dan mulai mendayung perahu kearah barat. Setelah beberapa saat persediaan air mulai habis sehingga menyebabkan mereka mendarat di suatu tempat yang bernama Wutun lolo, lalu mereka pergi mengambil air dari suatu sumber mata air yang biasa disebut dengan Buka barek. Selama beberapa saat mereka tinggal di suatu tempat bernama Minga lolo yang terletak dibelakang gunung Labalekang ( suatu tempat yang terletak di sebelah timur desa Lamalera ). Dikarenakan mata air tersebut mulai mongering mereka kemudian memutuskan untuk melanjutkan perjalanan mereka kearah barat hingga suatu hari mereka sampai di suatu teluk yang bernama Watan lolo dan tinggal disana selama beberapa saat. tempat tinggal mereka bernama Mingar Lewu Ala dengan sebuah mata ait yang bernama Klobe, setelah beberapa saat mereka kembali melanjutkan perjalanan. Pada saat sampai di suatu tempat yang bernama Wato Kboteku, mereka mendarat dan melepas Sawu ( Jangkar ) untuk beristirahat dan berdiskusi , kepala suku memulai diskusi dengan berbicara “ Bapa mama, di Lepan bata tentu airnya sudah kering, Jadi bagaimana pendapat kalian ?”. ada orang tua yang berkata bahwa “ kalau kita sudah keluar dari Lepan bata maka kita tidak bisa kembali masuk ke sana. kalau kita kembali ke sana, bisa juga akan mati”. dan yang lain juga berkata “ lebih baik kita jalan terus !”. karena adanya perbedaan pendapat tersebut, akhirnya mereka memutuskan untuk membagi dua rombongan. kepala suku berkata kepada seluruh anggota marga ” kita sekarang ada dua buah perahu jadi yang mau meneruskan perjalanan satu perahu dan yang mau pulang ke Lepan bata satu perahu. ”
Pada saat akan berpisah kedua rombongan tersebut saling berpesan, pesan anggota rombongan yang akan pulang ke Lepan bata “ kalau kalian jalan-jalan dan menemukan mata air yang baik dan tanah yang baik untuk kita tinggal, tolong beritakan kami supaya kami bisa ikut.” demikian juga dengan rombongan mereka yang akan meneruskan perjalanan juga berpesan “ kalau kalian pulang dan mendapati air sudah kering, tolong beriathu kami agar kami juga bisa pulang.” Setelah sore kedua perahu mulai mengangkat sauh dan memulai perjalanan masing-masing.
Rombongan yang kembali ke Lepan bata akhirnya sampai pada suatu tempat yang berupa sebuah batu karang besar yang menonjol dan memanjang ke laut ( Bnebog ), mereka memutuskan untuk mendarat dan beristirahat di sana. Pada pagi harinya mereka kedatangan dua orang laki-laki yang berasal dari gunung dan hendak pergi memancing di laut, kedua laki-laki tersebut mendekati perahu dan menanyakan asal mereka. Mereka kemudian menceritakan tentang perjalanan mereka. kemudian kedua orang tersebut berpesan “ tunggu kami di sini sampai kami pulang dari laut.” kedua orang tadi bernama Liat Mitem dan Sira demo dari suku Ata Kabelen. Pada siang hari kedua orang yang tadi pergi memancing telah kembali dari melaut. keduanya mendekati perahu dan berpesan “ tunggulah kami di sini jangan ke mana-mana, sebentar lagi kami akan kembali.” Baru pada sore hari Liat mitem dan Sira demo kembali disertai dengan banyak orang. para tetua adat marga Sura B berbicara dengan orang banyak tersebut dan menghasilkan keputusan bahwa mereka akan tinggal bersama dengan orang banyak tersebut. Seluruh anggota keluarga Sura B pergi mengikuti mereka ke gunung dengan membawa serta perahu mereka. setibanya mereka disana ternyata tempat tersebut merupakan sebuah kampung dan telah dihuni oleh banyak orang.
Untuk tempat tinggal dan bercocok tanam keluarga Sura B diberikan tanah, untuk membangun sebuah rumah keluarga Sura B menggunakan badan perahu yang mereka bawa untuk dijadikan sebagai atap dengan cara membalikan posisi badan perahu. hal tersebut dilakukan agar setiap generasi dari marga Sura B (Wunga Sura Bliku Lenge ) selalu mengingat asal mereka Lepan bata, hingga saat ini marga Sura B memiliki tradisi setiap membuat sebuah perahu harus diberi nama USUL TITE LEPAN HAU ASAL LAU BATAH DAI. Setelah selesai rumah tersebut diberi nama “ RUMAH ADAT LAMA SOAF “ ( Rumah adat Wunga Sura Bliku Lenge ). selain rumah dibangun juga sebuah gubuk kecil yang diberi nama Snaja Saat ini rumah adapt Lama soaf berada di Kampung Lama yang terletak di bukit di belakang desa Pasir putih (Mingar ).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar