Rabu, 24 November 2010

Pengeringan Jambu Mete dengan menggunakan mesin pengering drum berputar

          
I.I  Latar Belakang
Prospek pengembangan sektor industri pertanian Indonesia cukup menjanjikan. Hal ini terbukti pada saat badai krisis ekonomi/monoter yang melanda sebagian besar negara-negara di benua Asia, semua industri dan badan usaha yang berbasis pertanian mampu bertahan dan mampu menjadi tulang punggung dalam mengangkat kembali perekonomian nasional yang saat itu sedang terpuruk. oleh karenanya, saat ini pemerintah mendorong lahirnya industri-industri yang menggunakan bahan pokok komoditi pertanian lokal,  salah satunya adalah komoditas kacang mete ( biji jambu mete ).  Pasar kacang mete mulai berkembang pada awal tahun 1970, hal ini dikarenakan mulai banyak industri makanan kecil/ kudapan yang mempergunakan kacang mete sebagai bahan bakunya. Permintaan yang kian hari kian meningkat menyebabkan mulai tumbuhnya perkebunan-perkebunan jambu mete di negara-negara Afrika, Asia, dan Amerika Selatan. Saat ini pangsa pasar terbesar kacang mete adalah Amerika Serikat dan negara Uni Eropa. ( Muljoharjo et al, 1978 )
            Komoditas kacang mete/jambu mete merupakan salah satu komoditas yang dapat dijadikan sebagai andalan untuk pengembangan ekonomi rakyat, khususnya untuk wilayah dengan tingkat curah hujan yang rendah ( lahan kering ). Hal ini dimungkinkan karena beberapa sebab, antara lain :  Prospek pengembangan pasar jam,bu mete masih cukup besar, hal ini dikarenakan jumlah produksi industri kacang mete dunia baru mencapai 7% dari total industri perdagangan makanan kecil/cemilan dan terus meningkatnya permintaan akan kacang mete. Sedangkan harga produk industri masih relative tinggi sehingga dapat menutup besarnya biaya produksi. kendati proses produksinya dilakukan di daerah terpencil. Tanaman mete juga merupakan tanaman keras yang mampu bertahan dan tetap berproduksi  meskipun kondisi lingkungan tempat hidupnya cukup kering. (Muljoharjo et al, 1978).


          Selisih harga yang cukup besar antara gelondong mete dan kacang mete menyebabkan pemerintah menganjurkan agar petani jambu mete menjual dalam bentuk kacang, namun hal ini belum dapat direalisasikan dengan baik karena dengan teknologi yang ada sekarang di petani, penjualan biji jambu mete dalam bentuk kacang kurang menguntungkan, hal ini karena setiap 1 kg kacang mete yang masih mengandung kulit ari dihasilkan dari 5-6 kg gelondong dengan persentase kacang utuh hanya sebesar ± 40 %. Petani kecil atau industri kacang mete skala kecil masih mengolah biji mete dengan menggunakan alat-alat tradisional. ( Direktorat Teknologi Agroindustri, 1999 )
Oleh karena itu diperlukan penggunaan teknologi sebagai upaya pengembangan industri mete nasional yang bertumpu pada petani dan industri mete di pedesaan, yang nantinya tidak hanya sekedar menjual mete dalam bentuk gelondongan tetapi telah menjual dalam bentuk kacang dengan kualitas dan kuantitas yang lebih baik.  Sebagai contoh metode pengeringan gelondong mete selama 40 menit dengan penyangraian dan dilanjutkan dengan pengupasan menggunakan kacip model MM-99, ternyata mampu menghasilkan kacang mete sebesar 90 % atau 27 % lebih banyak bila dibandingkan dengan metode pengolahan tradisional yang selama ini dilakukan oleh para petani ( Daras, dkk, 2007 ).
Mete gelondong yang baru dipisahkan dari buah biasanya memiliki kadar air sebesar 15%, sehingga perlu segera dikeringkan untuk menghindari kerusakan akibat jamur, bakteri, atau faktor enzimatis selain itu pada kadar air ± 4-5 % gelondong mete lebih mudah dikupas kulit arinya karena kulit ari akan cenderung mengkerut dan lepas dari kacang. Oleh karena selain teknologi pengupasan juga diperlukan suatu sistem penyangraian/ pengeringan yang tepat agar dihasilkan biji dengan mutu yang lebih baik dan memiliki daya simpan yang lebih baik.
Sebenarnya petani mete di pedesaan telah mengenal beberapa metode pengeringan untuk mengurangi kadar air pada biji mete. Namun diantaranya masih bersifat tradisional seperti menyangrai dengan pasir atau dengan menjemur selama beberapa hari dibawah terik matahari. Kedua metode tersebut sangat sering dilakukan oleh para petani dikarenakan lebih mudah pengerjaannya dan tidak memerlukan banyak peralatan, namun kedua metode tersebut memiliki juga memiliki banyak kelemahan seperti sangat tergantung pada kondisi cuaca, memerlukan waktu serta tempat yang banyak, dan terkadang kacang yang dihasilkan telah mengalami penurunan kualitas.
Sistem pengeringan  berputar atau rotary dryer atau sering juga disebut drum dryer selama ini sering digunakan untuk mengeringkan umbi-umbian dan rempah-rempah/rimpang dengan hasil yang cukup efektif dan memuaskan. Penggunaan drum dry sebagai alternatif metode pengeringan biji jambu mete  diharapkan dapat menghasilkan biji mete dengan kualitas kadar air yang lebih baik dengan jumlah yang lebih banyak dan dalam waktu singkat.

1.2.            Tujuan Penelitian
Umum
·         Untuk mengetahui efektivitas mesin pengering Drum berputar / Rotary Drum Dryer dalam proses pengeringan biji jambu mete.
Khusus
·         Mengkaji suhu dan lama pengeringan terhadap kadar air biji mete.
·         Mengkaji suhu dan lama pengeringan terhadap kemudahan proses pengupasan biji mete. 
1.3.            Hipotesis
Adanya korelasi antara tingginya uap panas dengan lamanya waktu pengeringan.


1.4.            Kegunaan penelitian
            Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi mesin pengering alternatif dalam proses pengeringan  biji jambu mete, selain itu diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi pelaku industri kacang mete khususnya para petani.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar